Pluribus: Serial Baru Vince Gilligan Bertanya: Bagaimana jika Kebahagiaan Tidak Universal?

12

Vince Gilligan, kekuatan kreatif di balik Breaking Bad dan Better Call Saul di televisi, kembali dengan Pluribus, serial fiksi ilmiah untuk Apple TV yang merongrong ekspektasi genre. Pertunjukannya bukan tentang ledakan atau invasi alien; ini adalah eksplorasi karakter atas kontrol masyarakat, kebahagiaan, dan implikasi meresahkan dari utopia yang dipaksakan.

Premisnya tampak sederhana. Carol (diperankan dengan intensitas tinggi oleh Rhea Seehorn, alumni Better Call Saul ) adalah penulis fiksi pulp yang sukses. Kehidupan nyamannya hancur ketika sinyal radio misterius menyapu seluruh planet, mengubah kondisi mental hampir semua orang. Mereka yang terkena dampak merasakan kepuasan yang membahagiakan dan terpadu, sementara Carol tetap tidak terpengaruh, menjadi orang luar yang enggan di dunia yang kini menganggapnya sebagai sebuah anomali.

Sinyal tersebut, pertama kali terdeteksi 439 hari sebelum pembukaan acara, menyiarkan pola basis empat yang berulang setiap 78 detik dari jarak 600 tahun cahaya. Asal muasalnya masih belum diketahui, namun dampaknya tidak dapat disangkal: mereka yang terkena dampaknya meninggalkan keluhan individu dan merangkul keharmonisan kolektif. Pertunjukannya tidak terburu-buru menjelaskan sains; sebaliknya, film ini berfokus pada reaksi Carol sebagai salah satu dari sedikit orang yang tidak terpengaruh, menjadikannya titik fokus masyarakat yang bertekad untuk “memperbaiki” dirinya.

Pluribus unggul dalam tempo yang disengaja. Ini bukan pertunjukan yang memberikan jawaban atau mengandalkan perubahan yang dapat diprediksi. Sebaliknya, hal itu membangun ketegangan melalui interaksi karakter dan meningkatnya kesadaran Carol akan keterasingannya. Pertunjukan tersebut menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang meresahkan: dapatkah kebahagiaan sejati dipaksakan? Apa yang terjadi ketika keinginan individu berbenturan dengan kepuasan kolektif?

Serial ini tidak menghindar dari implikasi yang lebih gelap dari premisnya. Carol diawasi, dipelajari, dan terus dikejar oleh orang-orang yang percaya bahwa ketidakbahagiaannya adalah sebuah kelemahan yang harus diperbaiki. Pertunjukan ini mirip dengan thriller psikologis seperti Misery karya Stephen King, tetapi dalam skala planet.

Pluribus bukanlah tontonan fiksi ilmiah pada umumnya. Ini adalah pembakaran yang lambat, didorong oleh karakter daripada efek khusus. Ambiguitas yang disengaja dan penolakan untuk memberikan jawaban yang mudah mungkin membuat frustrasi beberapa pemirsa, namun kesediaannya untuk mengeksplorasi ide-ide yang tidak nyaman menjadikannya menonjol dalam genre ini.

Dengan musim kedua yang telah dikonfirmasi, Pluribus berpotensi menghadirkan narasi yang benar-benar tak terlupakan. Jika karya Gilligan sebelumnya merupakan indikasi, pertunjukan tersebut kemungkinan besar akan mencapai klimaks yang menghancurkan dan menggugah pikiran.

Pada akhirnya, Pluribus bukan hanya tentang sinyal misterius; ini tentang harga kebahagiaan dan bahaya mengorbankan individualitas demi kepuasan kolektif