Anjing Laut Biksu Hawaii Jauh Lebih Cerewet Dari Yang Kita Duga

17

Penelitian baru telah sepenuhnya mengubah pemahaman kita tentang bagaimana anjing laut biarawan Hawaii berkomunikasi di bawah air. Para ilmuwan menemukan bahwa hewan-hewan yang terancam punah ini jauh lebih vokal daripada yang diperkirakan sebelumnya, dan menggunakan sistem panggilan yang sangat rumit untuk menavigasi dunia mereka. Temuan ini, yang dipublikasikan di Royal Society Open Science, dimungkinkan dengan menganalisis ribuan jam rekaman bawah air yang dikumpulkan di seluruh kepulauan Hawaii.

Penelitian yang dipimpin oleh Program Penelitian Mamalia Laut (MMRP) Universitas Hawaiʻi ini awalnya berfokus pada konfirmasi enam jenis panggilan yang diketahui dari anjing laut biksu yang dipelihara di penangkaran. Namun, mereka menemukan sesuatu yang jauh lebih luar biasa: setidaknya 25 vokalisasi berbeda. Peningkatan ini sangat mengejutkan dan mengungkap dunia komunikasi akustik yang tersembunyi di dalam mamalia laut ini.

Penelitian ini menggunakan perekam akustik pasif—perangkat yang merekam suara di bawah air tanpa mengganggu hewan—di berbagai habitat anjing laut biksu. Rekaman ini tidak hanya mengungkapkan panggilan baru tetapi juga strategi komunikasi menarik yang belum pernah diamati sebelumnya pada pinniped (anjing laut, singa laut, dan walrus). Para peneliti mengidentifikasi “panggilan kombinasi,” di mana anjing laut menghubungkan jenis-jenis vokal yang berbeda secara bersamaan, sehingga menambah lapisan kompleksitas pada interaksi mereka.

“Kami terkejut dengan keragaman dan kompleksitas vokalisasi anjing laut biksu,” kata Kirby Parnell, penulis utama studi tersebut. “Penemuan panggilan kombinasional menunjukkan tingkat kecanggihan yang sebelumnya tidak diketahui dalam komunikasi akustik pinniped.”

Yang lebih mengejutkan lagi adalah teridentifikasinya jenis panggilan baru yang disebut “Whine”, yang dihasilkan secara khusus selama mencari makan. Ini adalah contoh kedua yang diketahui tentang anjing laut yang menggunakan suara saat berburu, yang mengisyaratkan potensi penggunaan suara untuk menemukan mangsa.

Memahami Dampak dan Melindungi Habitat Akustik

Pengetahuan baru tentang vokalisasi anjing laut biksu ini mempunyai implikasi besar bagi upaya konservasi di Hawaiʻi. Anjing laut biksu Hawaii, yang merupakan hewan asli pulau-pulau ini, menghadapi berbagai ancaman termasuk hilangnya habitat, terjerat alat penangkapan ikan, dan penyakit. Penemuan bahwa panggilan mereka tumpang tindih dengan suara frekuensi rendah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia seperti lalu lintas pelayaran sangatlah memprihatinkan.

Penelitian ini menggarisbawahi pentingnya melindungi habitat akustik mereka dari peningkatan polusi suara laut. “Mengetahui bagaimana anjing laut biksu menggunakan suara untuk peristiwa penting dalam kehidupan, seperti kawin dan mencari makanan, membantu kita memahami bagaimana kebisingan yang dihasilkan manusia dapat mengganggu perilaku tersebut,” jelas Lars Bejder, Direktur MMRP dan salah satu penulis studi tersebut.

Langkah selanjutnya adalah menghubungkan vokalisasi ini dengan perilaku tertentu (seperti berburu, bersosialisasi, atau bereproduksi) untuk mendapatkan wawasan yang lebih mendalam tentang kehidupan sosial mereka. Pengembangan sistem deteksi otomatis akan memungkinkan pemantauan populasi anjing laut biksu secara lebih efisien, sehingga menawarkan alat yang ampuh untuk pengelolaan konservasi di tahun-tahun mendatang.